27 Agustus 2009

JP Morgan Borong 66 Juta Saham DOID, Harga Saham Melesat

DOID, Bintang Baru Lantai Bursa


Beberapa bulan lalu, tak ada yang menyangka kalau saham tidur PT Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) bakal aktif diperdagangkan, malah menjadi salah satu saham paling aktif di lantai bursa. DOID telah menjadi bintang baru yang menjadi sorotan investor.

Pada awal Mei 2009, harga saham DOID masih berkutat di kisaran Rp 500 per saham. Kini, hanya dalam kurun waktu 3 bulan saham DOID telah menyentuh harga tertingginya sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri di Rp 2.100 per saham.

Volume perdagangan hariannya pun melonjak drastis, dari paling banyak ratusan lot, kini mencapai ratusan ribu lot. Nilai transaksi pun melonjak drastis mencapai ratusan miliar rupiah dari hanya dalam level jutaan rupiah.

DOID merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri garmen dan pakaian jadi. Berdiri sejak 1990 dengan harga Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 150 per saham.

Pada tahun 2007, DOID membukukan penjualan sebesar Rp 1,002 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 5,561 miliar. Pada tahun 2008, penjualan perseroan anjlok tajam menjadi hanya sebesar Rp 9,583 miliar saja dengan laba bersih Rp 4,069 miliar.

Pada triwulan I-2009, kinerja DOID pun semakin mengenaskan, penjualan yang diraih hanya sebesar Rp 331,5 juta saja dengan laba bersih Rp 1,503 miliar. Padahal, pada triwulan I-2008, DOID masih membukukan penjualan sebesar Rp 4,661 miliar meski menerima kerugian Rp 1,509 miliar.

Melihat kinerjanya yang terus menurun sepanjang tahun 2008, wajar saja investor mulai meninggalkan minatnya investasi di saham DOID. Meski dengan volume perdagangan ratusan lot dan nilai transaksi yang ratusan juta rupiah, sejak awal 2008 DOID masih aktif diperdagangkan hingga kejatuhan pasar modal sekitar Oktober 2008.

Sejak Oktober 2008, DOID mulai ditinggalkan investor. Malah terhitung periode Desember 2008 hingga awal Mei 2009, DOID boleh dibilang masuk kategori saham tidur dan tidak diperdagangkan.

Bagaimana tidak, selama kurun waktu 5 bulan itu, saham DOID hanya aktif ditransaksikan sebanyak 8 hari perdagangan. Sisanya, nihil alias tidak diperdagangkan 1 lot pun.

Total nilai transaksi DOID selama kurun Desember 2008 hingga Mei 2009 hanya sebesar Rp 153,675 juta sebanyak 615 lot. Harganya pun stabil di kisaran Rp 500-520 per saham.

Namun secara mendadak, pada 5 Mei 2009, harga saham DOID menanjak Rp 120 (23,17%) ke Rp 640 per saham. Selama bulan Mei 2009, DOID mulai dilirik kembali, meski hanya dengan volume perdagangan ribuan lot.

Nilai transaksi harian paling tinggi di bulan Mei hanya Rp 2,318 miliar. Namun pergerakan harga cukup atraktif antara Rp 510-760 per saham.

Memasuki bulan Juni 2009, volume perdagangan DOID mulai menembus puluhan ribu lot. Nilai transaksi pun menyentuh Rp 4 miliar per hari. Kenaikan harga pun cukup signifikan berkisar antara Rp 700-1.100 per saham.

Periode Juli, DOID semakin meningkat lagi, volume harian menembus 61 ribu lot dan nilai transaksi menembus Rp 37,122 miliar dengan kisaran harga Rp 900-1.300 per saham.

Agustus 2009, DOID mulai menunjukkan giginya. Aktivitas perdagangan saham ini sangat atraktif. Volume perdagangan harian stabil di puluhan ribu lot dengan nilai transaksi menembus Rp 70 miliar. Harga pun menanjak tajam dari Rp 1.200 di awal Agustus menjadi Rp 1.820 di 25 Agustus 2009.

Kenaikan tajam aktivitas perdagangan saham DOID sempat mengundang tanda tanya. Ada yang mengatakan kalau saham ini sedang menjadi sasaran gorengan para bandar.

Usut punya usut, ternyata manajemen DOID sedang merancang skema perubahan besar pada bisnis usaha perseroan, yang mungkin saja informasi ini sudah bocor ke para spekulan pasar.

Kabar yang santer terdengar adalah, DOID berencana mengakuisisi 99,99% saham PT Bumi Makmur Mandiri Utama atau yang lebih dikenal dengan nama Buma. Banyak yang meragukan kebenaran informasi ini pada awalnya.

Wajar saja, DOID yang ketika itu kinerjanya sedang anjlok, bagaimana bisa mengakuisisi Buma, perusahaan kontraktor batubara nomor 2 di Indonesia setelah PT Pama Persada anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR).

Namun pada 19 Agustus 2009, DOID mengumumkan telah menandatangani perjanjian awal jual beli 99,995 saham Buma dengan perkiraan nilai transaksi sebesar US$ 550 juta.

Segera setelah pengumuman itu, harga saham DOID naik tajam dan menjadi buruan investor. Malah pada dua hari terakhir perdagangan, aktivitas perdagangan saham DOID melonjak drastis.

Pada 26 Agustus 2009, DOID naik Rp 180 (10,84%) ke level Rp 1.840 per saham. Volume perdagangan mencapai 116.510 lot, terbanyak sepanjang sejarah DOID. Nilai transaksi pun menyentuh Rp 103,682 miliar, juga tertinggi sepanjang sejarah perseroan.

Pada 27 Agustus 2009, harga DOID sukses menembus level Rp 2.100, naik Rp 260 (14,13%) dengan volume mencapai 397,662 lot dan nilai transaksi mencapai Rp 397,799 miliar.

Kenaikan cepat ini terutama didorong oleh masuknya broker-broker berbendera asing skala besar yang melakukan pembelian saham DOID tanpa adanya aksi jual sama sekali.

Pada pembukaan perdagangan kemarin, PT Macquarie Capital Securities Indonesia (kode: RX) melakukan pembelian masif atas saham DOID. RX menduduki peringkat kedua sebagai pembeli saham DOID terbanyak pada perdagangan kemarin dengan volume pembelian sebanyak 19.213 lot atau 9,6 juta saham senilai Rp 19,056 miliar.

Pembeli terbesar pada perdagangan kemarin, PT JP Morgan Securities Indonesia (kode: BK) yang memborong 66 juta saham DOID dengan nilai sebesar Rp 134,727 miliar.

Broker-broker berbendera asing lainnya yang biasanya membeli untuk jangka panjang juga tampak masuk membeli saham DOID seperti PT CLSA Indonesia (kode: KZ), PT Kim Eng Securities (kode: ZP) dan lainya.

Berdasarkan pengamatan detikFinance , biasanya kalau broker-broker asing skala besar seperti di atas masuk membeli suatu saham, mereka akan menahan dan berupaya mengkerek harga sahamnya hingga menembus level yang cukup signifikan.

Sebagai contoh, kenaikan pesat harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama kurun 3 bulan terakhir juga ditopang oleh masuknya KZ dan PT Credit Suisse Securities Indonesia (kode: CS) secara masif. BUMI kini sukses bertengger di level Rp 2900-3.200 per saham.

Banyak spekulasi yang mengatakan kalau harga saham DOID bakal dikerek ke level Rp 2.400. Malah ada yang mengatakan, DOID bisa menjadi bintang utama lantai bursa untuk bersaing dengan BUMI.

Pada perdagangan kemarin, nilai transaksi DOID menduduki peringkat kedua terbesar setelah BUMI yang belum tergoyahkan di peringkat pertama. Benarkah DOID mampu bertahan sebagai salah satu saham paling likuid di lantai bursa?

Tentu saja hal ini sangat bergantung pada kelangsungan transaksi akuisisi 99,99% saham Buma. Banyak yang menduga akuisisi DOID atas Buma merupakan upaya Buma melakukan pencatatan saham jalur belakang di lantai bursa (backdoor listing ).

Namun, jika perseroan berhasil mendapatkan dana US$ 550 juta untuk akuisisi itu, boleh jadi DOID bakal bertengger di 10 besar saham teraktif di lantai bursa.
Broker PT JP Morgan Securities Indonesia (kode : BK) melakukan pembelian masif atas saham PT Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) sebanyak 66 juta saham (0,97%) pada perdagangan hari ini.
Pembelian masif ini sukses mendorong harga saham DOID naik tajam sebesar Rp 260 (14,13%) ke level Rp 2.100 per saham. BK masuk pada pertengahan perdagangan hari ini. BK membeli 66 juta saham DOID dengan total nilai sebanyak Rp 134,727 miliar.

Pada pembukaan perdagangan, PT Macquarie Capital Securities Indonesia (kode : RX) juga melakukan pembelian masif atas saham DOID. RX menduduki peringkat kedua sebagai pembeli saham DOID terbanyak hari ini dengan volume pembelian sebanyak 19.213 lot atau 9,6 juta saham senilai Rp 19,056 miliar.

BK dan RX melakukan pembelian saham DOID tanpa ada penjualan sama sekali. Duet BK dan RX sukses membuat investor melirik aktivitas saham DOID hari ini. Saham DOID ditransaksikan sebanyak 397.662 lot atau 198,831 juta saham dengan nilai transaksi Rp 397,799 miliar.

Dari segi nilai transaksi, DOID menduduki peringkat kedua setelah nilai transaksi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sebesar Rp 1,040 triliun. Padahal, sebelum Juli 2009, saham DOID bukan tergolong saham yang aktif diperdagangkan. Harganya pun ketika itu masih di kisaran Rp 500 per saham.

Rencana DOID mengakuisisi 99,99% saham PT Bumi Makmur Mandiri Utama senilai US$ 550 juta telah membuat saham ini aktif dan menjadi incaran investor.

25 Agustus 2009

Wall Street Menguat Berkat Hadirnya Lagi Bernanke


Konfirmasi mengenai pengangkatan Ben Bernanke untuk menjabat lagi sebagai Gubernur Bank Sentral AS menambah optimisme pasar. Ditambah data kepercayaan konsumen yang membaik, Wall Street pun terhembus ke positif.

Perdagangan diawali dengan penguatan setelah Conference Board melaporkan Indeks Kepercayaan Konsuman AS rebound menjadi 54,1 poin pada Agustus. Angka ini diatas estimasi analis, sekaligus menghapuskan penurunan indeks kepercayaan konsumen dalam 2 bulan terakhir.

"Ramuan yang terlupakan adalah pemulihan belanja konsumen. Pasar kini sangat berharap bahwa data kepercayaan konsumen yang kuat bisa membawa angka belanja konsumen yang lebih baik," ujar Keith Springer, president Capital Financial Advisory Services seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/8/2009).

Pada perdagangan Selasa (25/8/2009), indeks Dow Jones ditutup menguat 30,01 poin (0,32%) ke level 9.539,29. Indeks Standard & Poor's 500 juga menguat 2,43 poin (0,24%) ke level 1.028,00 dan Nasdaq juga menguat 6,25 poin (0,31%) ke level 2.024,23.

Ketiga indeks ditutup berada di titik tertingginya selama tahun 2009, meski masih kalah dibandingkan saat tengah perdagangan setelah keluarnya data kepercayaan konsumen itu. Namun mengulangi apa yang terjadi pada perdagangan Senin, rally menyusut menjelang penutupan perdagangan.

Investor menyambut baik keputusan Presiden Barack Obama yang menunjuk kembali Ben Bernanke sebagai Gubernur The Fed.

"Bernanke telah mengambil kebijakan yang tepat dan dengan penunjukannya ini, pasar merasa terjamin lagi bahwa dia akan melanjutkan kebijakannya pada waktu yagn tepat. Baik untuk diketahui bahwa seseorang yang lain tidak datang dan mengubah segalanya," ujar Kim Caughey, analis dari Fort Pitt Capital Group.

Perdagangan masih sangat tipis, di New York Stock Exchange hanya 1,14 miliar, di bawah rata-rata tahun lalu sebanyak 1,49 miliar. Di Nasdaq, transaksi juga hanya 1,95 miliar, di bawah rata-rata tahun lalu yang sebanyak 2,28 miliar.

Minyak Sempat Sentuh

Sementara harga minyak mentah dunia yang sempat menembus US$ 75 per barel akhirnya surut.

Kontrak utama minyak light sweet pengiriman Oktober sempat menembus US$ 75 per barel sebelum akhirnya menyusut 2,32 dolar ke level US$ 72,-5 per barel.

Sementara minyak Brent juga turun 2,44 dolar menjadi US$ 71,82 per barel. Nurul Qomariah , detikfinance.

Pemda NTB Resmi Pimpin Konsorsium Pembeli 14% Saham Newmont

Pemda NTB Resmi Pimpin Konsorsium Pembeli 14% Saham Newmont

Tambang Batu Hijau Newmont
Menteri Keuangan Sri Mulyani secara resmi menyetujui dan menunjuk tiga pemerintah daerah di NTB yakni Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa dan Sumbawa Barat menjadi lead konsorsium pembelian 14 persen saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) tahun 2008 dan 2009 senilai US$ 493,6 juta.

"Alhamdulillah, Bu Menteri Keuangan telah menunjuk pemerintah daerah NTB untuk mengkoordinir seluruh proses pembelian 14 persen saham Newmont. Kita sudah menerima pemberitahuan itu secara resmi," kata Gubernur NTB HM Zainul Majdi di Mataram, Selasa (25/8/2009).

Pagi tadi, Gubernur NTB juga telah mengirimkan surat ke Menteri Keuangan untuk memastikan sekiranya ada tim pemerintah pusat yang akan bergabung dalam konsorsium pimpinan pemerintah daerah. Sejauh ini memang belum ada keputusan resmi soal mekanisme akuisisi 14 persen saham ini.

"Kita ingin bergerak cepat. Kita juga ingin bekerja secara efesien. Jadi kalau memang ada tim atau person dari pemerintah pusat, kita meminta untuk segera bergabung, karena akhir September, proses ini sudah harus final," kata Gubernur.

Dalam konsorsium untuk pembelian 14% saham Newmont ini, pemerintah daerah kata Gubernur tetap membuka peluang bagi BUMN yang ingin turut serta membeli saham Newmont. BUMN itu kata dia akan masuk dalam konsorsium Perusahaan Daerah milik Pemda, yakni PT Daerah Maju Bersaing dengan PT Multicapital, anak usaha Bumi Resources dan Bakrie Capital yang bertindak sebagai penyandang dana.

Dua perusahaan ini kini tengah memproses pembentukan perusahaan patungan PT Multi Daerah Bersaing di Departemen Hukum dan HAM untuk mengeksekusi pembelian 10 persen saham Newmont yang telah dilepas tahun 2006 dan 2007.

"Kalau ada BUMN mau ikut bersama-sama dengan pemerintah daerah, kita minta masuk dalam perusahaan joint venture. Jadi disitu ada tiga pihak, ada pemerintah daerah, Multicapital dan BUMN. Dengan begitu, semua kepentingan terwadahi," kata Gubernur.

Seperti diketahui, sesuai keputusan arbitrase, Newmont harus mendivestasi 51% sahamnya ke investor lokal dan pemerintah hingga 2010. Sebanyak 20% saham Newmont kini sudah dimiliki pengusaha lokal, Jusuf Merukh. Sisanya didivestasi yakni 10% akan dibeli Pemda NTB dan Multicapital sementara 14% akan dibeli pemerintah pusat. Sisanya 7% akan didivestasi tahun 2010.

Pemerintah pusat mendapatkan jatah divestasi untuk tahun 2008 dan 2009 secara total 14%. Sebelumnya pemerintah dan Newmont sudah menyepakati nilai 100 persen aset NNT sebesar US$ 3,526 miliar. Dengan nilai aset sebesar itu, maka nilai 14 persen saham divestasi untuk 2008 dan 2009 adalah sebesar US$ 493,64 juta.

Sementara Pemda NTB mendapatkan jatah divestasi Newmont tahun 2006 dan 2007 sebesar 10%. Pemda NTB memiliki jatah untuk divestasi 10 persen saham itu ada pada harga US$ 391 juta atau setara dengan Rp 4,1 triliun. Pemda NTB menggandeng Multicapital yang merupakan anak usaha Bumi Resources dan Bakrie Capital. Kusmayadi, Detikfinance

02 Agustus 2009

IEI : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,3% di 2009

IEI : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,3% di 2009

The Indonesia Economic Intelligence (IEI) memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sebesar 4,3% di 2009. Iklim perekonomian nasional terus menunjukan perbaikan dan diproyeksikan sampai dengan akhir tahun 2009 perekonomian Indonesia akan terus tumbuh secara sustainable.

"Pertumbuhan ekonomi di prediksikan akan tumbuh positif mencapai 4,3 persen di akhir tahun 2009," ujar ekonom IEI, Sri Yani Kusumastuti dalam Monthly Economic Review Forum IEI di Kantor IEI, Jakarta, Minggu (02/08/2009).

Menurutnya, proyeksi tersebut dapat diraih mengingat pada semester II-2009, ekonomi global maupun domestik sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Hal itu, lanjutnya, terlihat dari beberapa indikator-indikator makro ekonomi dan pasar saham yang kian membaik maka awal semester II-2009. Dan di semester II-2009 ini merupakan saat yang tepat untuk pelaku pasar dalam berekspansi.

"Semester II-2009, ekonomi Indonesia dan global terus menunjukan perbaikan. Volume perdagangan juga terus meningkat selain itu terlihat dari beberapa indikator lain yang memberikan sinyal positif bagi kondisi perekonomian kita," ujarnya.

Ia mengatakan, ada beberapa indikator yang menunjukkan perbaikan perekonomian di Indonesia. "Nilai tukar rupiah yang terus menguat dan stabil bergerak di kisaran Rp 10.000 sampai Rp 10.500 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level 2000 sampai 31 Juli 2009," papar Sri Yani.

Selain itu Sri Yani mengatakan, Inflasi yang pada bulan Juni 2009 yang hanya mencapai 3,65 persen juga menunjukkan suatu keadaan dimana perekonomian Indonesia kian pulih dan bergerak tumbuh stabil.

"Semester kedua tahun 2009 merupakan saat yang tepat bagi para pelaku pasar untuk berekspansi, khususnya bagi perbankan yang harus mulai menggerakan perekonomian lewat pemberian kredit di sektor riil," papar Sri Yani.

Karena menurut Sri Yani, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) juga masih akan berpeluang untuk turun. "Dengan ini, sektor riil yang merupakan roda penggerak dari jalannya pertumbuhan ekonomi akan dapat terus mendorong perubahan ke arah yang positif," tuturnya. Herdaru Purnomo - Detik Finance.