11 Februari 2009

Prospek Investasi Emas di 2009


Sabtu, 31/01/2009 09:12 WIB
Jakarta - Investasi di keranjang emas diibaratkan seperti memiliki pohon uang yang terus membuahkan keuntungan karena dianggap harganya selalu menanjak naik dari tahun ke tahun.

Namun perlu diingat juga emas bagian dari komoditi yang terpengaruh terhadap pergerakan kondisi ekonomi dunia seperti harga minyak, supply-demand, spekulasi dan lain-lain.

Potensi investasi emas di tahun ini diperkirakan akan masih berpeluang bahkan bisa menyamai atau melebihi rekor harga emas pada tahun 2008 lalu yang sempat menembus diatas US$ 1.032 per troy ounce.

"Saya rasa secara umum di tahun 2009 masih prospek, meskipun akan naik turun, selagi ekonomi masih resesi, emas masih punya kekuatan ditambah harga saham jatuh pula," kata Managing Director Vibiznews.com Alfred Pakasi dalam acara seminar prospek investasi emas tahun 2009, di Gedung JDC, Jakarta, Jumat (30/1/2009).

Naik turunnya harga emas menurut Alfred dipicu dari beberapa faktor utama yang bisa mendongkrak bahkan menjatuhkan harga emas yaitu pergerakan harga minyak dan pasar saham global. Hal ini tentunya terkait dengan kondisi ekonomi dunia termasuk AS.

"Misalnya dari paket stimulus AS senilai US$ 825 miliar yang mau diterapkan, maka harga emas turun lagi," ucapnya.

Sehingga kata dia, faktor stimulus AS sekarang ini cukup menentukan pergerakan harga emas beberapa bulan ke depan. Ia memperkirakan jika dampak stimulus bisa berpengaruh secara signifikan maka akan berpeluang membuat turun harga emas melandai kembali, yang sudah dapat diraba pada pada kuartal kedua atau ketiga di 2009.

"Tapi bisa juga kalau pasar modal pulih maka komoditas, terutama harga minyak yang naik maka harga emas kemungkinan naik juga," katanya.

Secara umum Alfred menjelaskan bahwa investasi emas sangat fleksibel, yaitu bisa sebagai investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Bahkan lebih lanjut lagi investasi emas bisa dibilang investasi yang anti-krisis

"Yang penting bisa memprediksi pasarnya, misalnya faktor musim kawin di Asia yaitu di China, Indonesia dan India mempengaruhi demand. Tapi harga emas juga sangat terpengaruh dengan inflasi dan harga minyak," ujarnya.

Investasi emas bisa dilakukan dengan cara tradisional dengan menyimpan secara fisik seperti koin emas, batangan, ada sertifikat emas, perusahaan, pasar derivatif dan lain-lain.

Pada tahun 2008, rekor harga emas tertinggi terjadi pada 17 Maret 2008 yaitu US$ 1.032 per troy ounce. Sedangkan jika di Indonesia pada waktu yang sama (17 Maret 2008) harganya mencapai Rp 311.300 per gram.

Pada tahun 2008 rekor harga emas terendah terjadi pada tanggal 24 Oktober 2008 yaitu Rp 223.500 per gram dan pada tanggal 28 Januari 2009 kemarin sempat menembus Rp 320.500 per gram.

"Yang anehnya harga emas itu, jika harga minyak turun maka harga emas ikut turun, tapi kalau harga minyak turun tajam, harga emas tidak ikut turun tajam," jelasnya.

Risiko Investasi Emas

Meski terbilang sebagai investasi yang aman, investasi emas apapun bentuknya masih menyisakan peluang risiko, sesuai dengan konsep high risk high gain. Menurut Alfred hal ini sangat terkait dengan pengetahuan pasar para investor emas.

"Risiko itu ada terkait dengan pasar, bisa lewat berita, koreksi emas bisa terjadi," ucapnya.

Ia memprediksi ke depannya ketika resesi dunia semakin parah yaitu ke arah depresi global, maka reaksi awal dari pergerakan harga emas pasti akan terjadi penurunan, namun seiring berjalannya waktu akan bisa naik kembali.

"Masalahnya tidak ada yang tahu berapa lama, atau kapan itu terjadi," pungkasnya.(hen/ir)Suhendra - detikFinance
(Foto: Reuters)

Tidak ada komentar: