
Kamis, 12/02/2009 06:45 WIB
New York - Saham-saham di Wall Street yang kemarin berjatuhan kembali tenang, setelah Senat mencapai kompromi untuk memberikan persetujuan atas paket stimulus senilai US$ 789 miliar.
Pimpinan Senat Harry Reid mengatakan bahwa perbedaan antara kaum Demokrat dan Republik soal paket stimulus yang diajukan presiden Barack Obama sudah berhasil dijembatani. Voting untuk meloloskan stimulus tersebut akan dilakukan Kamis ini.
"Mereka harus betul-betul yakin telah mengunci beberapa orang Republik agar paket ini lolos. Dan fakta mereka sudah bisa berkompromi sudah cukup untuk membuat pasar menarik nafas setelah kejatuhan kemarin. Dan inilah yang saya kira membantu pasar berbalik arah," ujar Marc Pado, analis dari Cantor Fitzgerald &Co, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/2/2009).
Pada perdagangan Rabu (11/2/2009), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 50,65 poin (0,64%) ke level 7.939,53. Indeks Standard & Poor's 500 juga naik tipis 6,58 poin (0,80%) ke level 833,74 dan indeks Nasdaq naik tipis 5,77 poin (0,38%) ke level 1.530,50.
JPMorgan menjadi salah satu saham pendorong kenaikan Dow Jones setelah mencetak kenaikan hingga 6%. Sementara indeks finansial S&P juga tercatat naik lebih dari 5%.
Saham ExxonMobil justru menjadi penghambat utama kenaikan indeks saham setelah harga minyak kembali melorot lebih dari 4%. Saham Exxon melorot 2,1%.
Volume cukup tipis yakni di New York Stock Exchange hanya sekitar 1,36 miliar, atau di bawah rata-rata tahun lalu sebesar 1,49 miliar. Di Nasdaq, transaksi mencapai 2,24 miliar, di bawah rata-rata tahun lalu sebesar 2,28 miliar.
Minyak Semakin Runtuh
Sementara harga minyak mentah dunia terus turun setelah data menunjukkan adanya lonjakan cadangan minyak mentah di AS.
Kontrak utama New York untuk minyak jenis light pengiriman Maret turun hingga 1,61 dolar ke level US$ 35,94 per barel. Sementara minyak jenis Brent turun 33 sen ke level US$ 44,28 per barel.
Departemen Energi melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS melonjak 4,7 juta barel pada pekan yang berakhir pada 6 Februari. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi yang hanya 3 juta barel.(qom/qom)Nurul Qomariyah - detikFinance
Foto: Reuters
Tidak ada komentar:
Posting Komentar