19 Januari 2009

Auto Rejection Bisa Normal Lagi Jika Nilai Transaksi Stabil


Senin, 19/01/2009 11:55 WIB
Jakarta - Sebelum krisis finansial global, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan auto rejection dengan batas normal kisaran 30%. BEI mengaku bisa saja menerapkan auto rejection seperti sebelum krisis asalkan nilai transaksi harian stabil Rp 2,7 triliun.

Saat ini normalisasi batas penolakan pesanan otomatis (auto rejection) seperti sebelum krisis masih menunggu likuiditas atau rata-rata transaksi harian stabil yang stabil.

"Penerapan batas auto rejection kembali normal baru akan kita lakukan kalau rata-rata transaksi harian sudah mencapai Rp 2,7 triliun," ujar Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia, MS. Sembiring di Hotel Grand Hyatt, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (19/1/2009).

BEI baru saja mulai menerapkan batas auto rejection dengan parameter baru terhitung hari ini, Senin (19/1/2009). Sembiring belum dapat memberikan komentar lebih lanjut mengenai dampak penerapan batas baru tersebut.

BEI mmenerapkan 3 klasifikasi auto rejection simetris yakni 35% untuk harga saham Rp 50-200, 25% untuk harga saham Rp 200- 5.000 dan 20% untuk harga saham di atas Rp 5.000.

Auto rejection kali ini dinilai lebih luwes dari sebelumnya yang menerapkan auto rejection asimetris 10% untuk batas bawah dan 20% untuk batas atas.

"Belum (akan diganti seperti semula), kan baru hari pertama. Tapi akan kita pantau terus. Jika tidak memberi pengaruh pada meningkatnya likuiditas, akan kita review kembali," jelas Sembiring.

Sembiring mengatakan, pada pekan lalu rata-rata transaksi harian BEI sudah di atas Rp 2 triliun. Menurutnya, jika dengan penerapan batas baru auto rejection semakin menambah likuiditas harian, BEI akan mengkaji normalisasi batas auto rejection seperti semula.

"Kalau rata-rata transaksi harian sudah kembali di kisaran Rp 2,7 triliun, BEI akan mengkaji untuk mengembalikan batas auto rejection ke batas normalnya," ujar Sembiring.(dro/ir)Indro Bagus SU - detikFinance
(Foto: Indro-detikFinance)

Tidak ada komentar: