18 November 2008

Kisah Penemuan Kapal Harta Karun 'Triliunan' di Subang

Rabu, 19/11/2008 10:23 WIB
Koin VOC Wacas cs
Jakarta - Hari itu Senin, 18 Agustus 2008. Seperti biasa, Wacas yang berprofesi sebagai nelayan berangkat ke laut untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarga. Kebetulan hari itu tujuan Wacas adalah mencari kerang mutiara, bukan berburu ikan.

"Kita waktu itu nyari kerang mutiara. Biasa, nelayan kan kadang nyari ikan kadang nyari kerang mutiara. Waktu itu lagi musimnya kerang, karena kerang kan musim-musiman, Mas," ujar Wacas saat berbincang dengan detikcom melalui telepon, Rabu (18/11/2008) pukul 08.30 WIB.

Bersama 6 orang kawannya, Wacas yang merupakan warga Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ini meninggalkan rumah waktu subuh. Tujuan Wacas dkk adalah perairan Subang. Sebagai seorang nelayan lokal, Wacas memang biasa berpindah-pindah tempat operasi, tergantung pada ramai tidaknya lokasi.

"Saya kan nelayan lokal, Mas. Kalau pas ramai di Jateng ya kita lari ke Jateng. Kalau lagi ramai di Banten ya lari ke Banten," akunya.

Wacas dkk tiba di perairan Subang menjelang siang, sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka pun menyelam ke dasar laut untuk memburu target mereka, kerang mutiara. Namun tampaknya hari itu bukan hari baik bagi Wacas. Setelah kurang lebih 2 jam menyelam pada kedalaman 15 meter di sebuah lokasi yang berjarak kurang lebih 11 mil dari daratan, belum satu pun kerang dia dapat.

Meski demikian, Wacas tak menyerah. Hingga pada selaman ketiga, sesuatu tiba-tiba terjadi. Bukannya menemukan kerang mutiara buruannya, Wacas justru menjumpai tumpukan koin aneh dan 3 buah meriam di atas sebuah karang. Koin dan meriam itu seolah-olah muncul secara mendadak. Meski sebelumnya Wacas kerap menyelam di tempat tersebut, dan nelayan yang lain juga sering beroperasi di situ, namun belum satu orang pun pernah menemukan tumpukan koin dan meriam itu.

"Tiba-tiba saya melihat 3 meriam. Saya kaget. Yang dua terpendam tapi kelihatan, yang satu tergeletak di atas karang. Sekitar 10 meter dari meriam itu saya menemukan koin bertaburan di karang. Ada juga yang numpuk tapi terpendam. Waktu saya korek ternyata tumpukannya dalam," cerita Wacas panjang lebar.

Dari tanda-tanda yang tampak, Wacas menduga karang yang menjadi tempat menempel meriam-meriam itu adalah sebuah kapal. Meski dia tidak bisa memperkirakan berapa ukuran kapal tersebut, namun dia yakin pastilah ukurannya besar.

"Karang itu dugaan saya kapal. Soalnya ada besi-besi. Ada meriamnya juga. Masa di laut ada meriam?" ucapnya.

Mendapat temuan tersebut, Wacas segera memberi tahu teman-temannya. Mereka pun mengalami kekagetan serupa yang dialami Wacas. Karena takut terjadi sesuatu, mereka tidak melakukan tindakan lebih jauh terhadap barang temuan mereka tersebut.

"Kita nggak berani ngangkat waktu itu. Soalnya kita nggak tahu jalurnya, dengar-dengar kan gitu bisa ditangkap," ujar Wacas polos.

Setibanya di darat, Wacas yang diliputi kekhawatiran terkait temuannya itu tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya salah seorang temannya, Maman, menawarkan bantuan. Maman mengaku memiliki teman di Dinas Kelautan yang bisa membantu Wacas menindaklanjuti temuannya itu. Wacas pun menerima tawaran bantuan Maman. Namun hingga 20 hari, tak ada kabar berita dari orang di Dinas Kelautan tersebut.

Akhirnya Wacas melaporkan penemuannya kepada Taryono yang merupakan tokoh nelayan setempat. Dibantu Taryono, Wacas melaporkan temuan tersebut ke Panitia Nasional tentang Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BBMKT) atau Panitia Nasional Harta Karun. Dari Panitia Nasional, Wacas menerima surat bukti sebagai penemu.

"Kita langsung laporkan ke Panitia Nasional. Kita sudah diberi surat bukti penemu pertama. Karena kalau nggak gitu nanti rebutan, bisa saling ngaku menemukan," ujar Taryono.

Meski sudah lapor, namun ketakutan belum sirna dari diri Wacas. Dia selalu was-was penemuan tersebut akan mendatangkan masalah pada dirinya. Karenanya dia tidak berani menyimpan koin yang diperolehnya dari dasar laut itu dan menyerahkannya kepada Taryono. Ketika hendak diberitakan oleh televisi, Wacas pada mulanya menolak dengan alasan serupa. Namun akhirnya Wacas memberanikan diri untuk diekspose media.

"Ya gimana lagi, sudah terlanjur, Mas. Saya beranikan diri saja," aku Wacas.

"Itu bisa triliunan nilainya. Ini uang besar," klaim Taryono.(sho/nrl)Shohib Masykur - detikNews

Tidak ada komentar: