22 September 2008

Guncangan Ekonomi Global Turunkan Pertumbuhan Ekonomi 2009


Selasa, 23/09/2008 09:10 WIB
Jakarta - Risiko guncangan pada perekonomian global belum bisa diremehkan hingga tahun 2009. Risiko ini bisa berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ekonomi di 2009.

Hal ini dikatakan oleh Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani dalam rapat kerja pembahasan asumsi dasar dan penerimaan RAPBN 2009 dengan Panitia Anggaran DPR, Di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin malam (22/9/2008).

"Risiko global belum bisa di under estimate di 2009, karena itu sebenarnya pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,2% dalam Nota Keuangan, karena semester I-2008 dan semester II-2008 banyak kalangan mengatakan 6,3% bisa dilewati, tapi elemen risiko jauh lebih besar," tuturnya.

Terkait dengan kondisi turbulensi ekonomi global saat ini, Sri Mulyani mengatakan situasi yang berkembang di dunia khususnya AS saat ini bisa menjadi sesuatu yang pengaruhnya sangat dahsyat yang diawali dari krisis subprime mortgage pada Juli 2007.

"Saat ini dampak krisis itu telah menerpa beberapa lembaga keuangan dan makin besar dampaknya di AS. Jadi krisis itu sendiri, setiap hari menjadi suatu surprise yang tidak menyenangkan bagi otoritas dan para pelaku pasar di AS," tuturnya.

Dikatakannya, pemerintah AS lalu menyiapkan dana untuk bail out sebesar US$ 700 miliar untuk back up funding. "Padahal estimasinya bisa US$ 1.000 hingga US$ 2.000 miliar untuk bail out seluruh sektor keuangan di AS," katanya.
Lalu pemerintah Rusia juga stand ready untuk sistem keuangannya sebesar US$ 100 miliar, dan pemerintah Rusia mengeluarkan dana sebelumnya untuk menyelamatkan sektor keuangannya dan kejatuhan nilai mata uangnya.

"Pemerintah dan BI dalam hal ini akan terus melakukan pemantauan, kita akan melihat terus perkembangan pasar uang, pasar modal dan perbankan, meskipun tekanan kita masih dini, semenjak krisis pemerintah selalu konsisten konsolidasi," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama Gubernur BI Boediono juga sependapat bahwa target pertumbuhan yang realistis memang 6,2% meskipun DPR menyepakati pertumbuhan ekonomi 2009 dalam asumsi RAPBN adalah 6,3%.

"Untuk pertumbuhan ekonomi, saya kira tadi sudah disinggung Menteri Keuangan hampir semua negara melihat tahun 2009 itu tahun yang lebih lambat dari 2008 karena gonjang-ganjing sektor keuangan yang nanti mungkin ada imbasnya ke sektor riil.
"Ini berlaku secara global, artinya kalau ada suatu negara yang bisa terhindar, itu terhindar secara relatif, tidak bisa terhindar sama sekali. Tapi mungkin nanti kita terhindar dari dampak negatifnya kurang dari pada negara lain," paparnya.

Boediono menegaskan gejolak sektor keuangan yang terjadi bisa berdampak kepada perlambatan sektor riil dan ini harus diterima sebagai suatu fakta yang akan ikut dirasakan Indonesia. "Karena itu pandangan BI pertumbuhan ekonomi 2009 adalah 6,2%," imbuhnya.
Sri Mulyani menambahkan perlambatan ekonomi dunia akan mempengaruhi Indonesia di dalam era ekonomi terbuka saat ini, yang bisa berpengaruh dalam kinerja ekspor.

"Meskipun Menteri Perdagangan melaporkan ekspor kita ke AS 11%, Eropa 13% dan Jepang 12-13%, jadi 30-35% semuanya. Ekspor kita lebih berat ke Asia, tapi China juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 11% ke 8% dan India dari 8-9% menjadi 6-7%, jadi sekitar 200 bps lebih rendah," katanya.
Oleh karena itu dikatakan Sri Mulyani pemerintah memang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2009 adalah 6,2% dengan risiko penurunan yang masih meningkat akibat gejolak ekonomi dunia.(dnl/ir) Wahyu Daniel - detikFinance (Foto: Wahyu-detikFinance)

Tidak ada komentar: